Di suatu desa, terdapat sebuah pembangunan untuk
kantor desa yang baru. Terlihat dari kejauhan seorang tukang yang sedang
bekerja di bawah, dan seorang mandor yang mengawasi pekerjaan tukang-tukangnya
dari lantai atas.
Suatu ketika, sang mandor memanggil tukang
tersebut dari atas. Dengan berteriak sang mandor memanggil si tukang tersebut. Tapi
berkali-kali si mandor memanggil tukang itu, tetap saja tukang tersebut tidak
mau menengok ke atas. Muncul sebuah ide di otak si mandor, ia pun menjatuhkan
uang ke arah si tukang, berharap apabila dengan uang si tukang tersebut mau
menengok ke atas. Berkali-kali juga si mandor menjatuhkan uang ke arah si
tukang dengan jumlah yang terus bertambah. Akan tetapi si tukang tetap tidak
bergeming dan tetap saja tidak meengok ke arah si mandor sama sekali. Akhirnya si mandor mendapat ide untuk menjatuhkan
batu ke arah si tukang. Dan benar saja, ketika batu tersebut jatuh dan mengenai
si tukang, ia pun langsung menengok ke arah si mandor.
Dari cerita di atas dapat kita ambil pelajaran
bahwa ketika si tukang dijatuhkan uang oleh si mandor itu menganalogikan nikmat
yang Allah berikan kepada kita yang terus bertambah dan tiada henti-hentinya. Ketika
si tukang tidak mau menengok ke arah si mandor, menganalogikan bawha manusia
yang selalu diberikan nikmat oleh Allah, tidak pernah bersyukur atas nikmat
yang telah diberikan. Dan ketika si mandor menjatuhkan batu ke arah si tukang,
dan si tukang pun langsung menengok ke arah si mandor, menganalogikan di mana
ketika manusia diberikan musibah oleh Allah, barulah mereka sadar bahwa semua
nikmat yang diterima adalah dari Allah. Dan seharusnya lah kita harus bersyukur
atas nikmat tersebut.
No comments:
Post a Comment